Kopi Kurangi Resiko Diabetes

Senin, 28 Januari 2008      0 komentar

Selama ini kopi terlanjur “dicap” sebagai minuman yang tidak menyehatkan. Namun dalam sebuah pertemuan ilmiah, para ahli justru menyatakan kopi mungkin bisa mencegah diabetes tipe dua, bahkan mengurangi risiko terjadinya beberapa jenis kanker.

Dalam pertemuan yang membahas tentang manfaat dan risiko kopi tersebut, Dr.Rob van Dam dari Harvard School of Public Health, menyampaikan hasil penelitiannya mengenai konsumsi kopi dan diabetes. “Kita berada dalam situasi di mana kopi memiliki citra yang buruk bagi kesehatan,” katanya.


Dr.Lenore Arab dari Sekolah Kedokteran UCLA juga ambil bagian dalam pertemuan Experimental Biology 2007 itu. Ia mempresentasikan hasil risetnya yang menganalisa 400 studi yang meneliti tentang kopi dan manfaatnya terhadap risiko kanker.

Menurutnya ada bukti mengapa minuman tersebut mungkin bisa melawan kanker, terutama kanker usus, dubur dan kanker hati. Diduga kopi mengurangi kadar kolesterol, asam empedu dan mengeluarkan sterol di usus besar secara alamiah, mempercepat pembuangan kotoran di usus besar (sehingga mengurangi kotensi penyebab kanker di dalam makanan), dan juga melalui mekanisme lain. Namun menurut Arab, ditemukan dampak buruk kopi, yakni meningkatkan risiko leukimia dan kanker perut.

Ditambahkan oleh van Dam, meski ditemukan manfaat kopi, tapi orang-orang yang beresiko seperti wanita hamil dan anak-anak sebaiknya mengurangi konsumsi kopi.

Saat ini van Dam dan timnya sedang melakukan uji klinik untuk mengetahui manfaat kopi dalam pencegahan diabetes, yang pertama kali dilaporkan tahun 2002. Sejak itu, ia menyatakan tak kurang ada lebih dari 20 kajian mengenai topik yang sama.

Ia dan timnya sedang meneliti ratusan bahkan ribuan komponen kopi yang diduga menyebabkan efek tersebut (mengurangi diabetes). “Mungkin bukan kafein, karena minum kopi berkafein dan non kafein memiliki efek yang sama dalam mengurangi risiko diabetes,” katanya. Asam chlorogenik merupakan kandidat terkuat, yang berfungsi sebagai antioksidan yang bekerja mengurangi penyerapan glukosa di dalam usus.
Minum Kopi Sebelum Makan Cegah Diabetes

Beberapa dari jenis makanan dan minuman dapat berkhasiat sebagai peredam penyakit yang diderita. Salah satunya adalah dengan meredam kelebihan kadar gula darah dengan minum kopi sebelum makan atau saat perut kosong. Tentu saja, bagi anda yang tidak memiliki masalah dengan lambung. Demikian menurut penelitian dan hasil riset dari Alan L Rubin, M D, assistant clinical professor di University of California San Francisco School of Medicine, penulis Diabetes for Dummies.

Menurut studi-studi USDA dan studi lainnya, minum secangkir kopi sebelum makan, atau saat perut sedang kosong dapat berguna menurunkan kadar gula darah turun naik sampai dengan 50%. Khasiat ini bisa saja berlangsung sampai sepanjang hari. Para periset ini menduga, kopi yang kaya phenols dan antioksidan-antioksidan lainnya itu dapat meningkatkan produksi insulin, yakni suatu hormon yang berfungsi membantu tubuh mempertahankan kadar gula darah.

Selain itu, campuran dari nutrien ini dapat meningkatkan respons dari sel-sel terhadap insulin, sehingga hormon dapat berfungsi pada efisiensi puncak. Sebagai bonus, minumlah secangkir kopi sebelum anda sarapan pagi, ini juga dapat membantu anda menurunkan kelebihan berat badan, salah satu faktor resiko diabetes yang sudah terbukti dengan menekan nafsu makan sampai sebanyak 35%. Anda bisa saja memilih strategi lainnya, jikalau anda memang bukan penggemar kopi atau jika anda bermasalah dengan lambung.

Read More......

Kopi dan Teh, Turunkan Risiko Terkena Kanker Ginjal

Minggu, 27 Januari 2008      0 komentar


21 Jan 2008

Penggemar kopi dan teh mungkin boleh sedikit tenang. Karena, kebiasaan mengonsumsi kedua jenis minuman ini ternyata bisa menurunkan risiko kanker ginjal.

Pernyataan ini diungkapkan dari hasil penelitian para peneliti Harvard Medical School di Boston, dari hasil analisis terhadap 13 studi yang dilakukan sebelumnya, bahwa, kopi dan teh memberikan perlindungan efektif untuk melawan kanker ginjal. Sedangkan susu, soda, dan jus terlihat tidak memiliki efek yang sama.


Hal itu juga diperkuat dengan hasil studi terhadap orang yang meminum tiga atau lebih cangkir kopi per hari, ternyata mampu mengurangi 16% pertumbuhan kanker ginjal dibandingkan orang yang rata-rata minum kurang dari secangkir kopi per hari.

Hasil penelitian itu juga mengungkapkan, meminum secangkir atau 8 ons teh per hari memiliki khasiat 15% menurunkan risiko penyakit itu dibandingkan orang yang tidak meminum teh. Penemuan ini telah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah, International Journal of Cancer.

Pemimpin Tim Peneliti, Dr Jung Eun Lee menyatakan, ada banyak alasan mengapa minuman bisa memberikan manfaat. Salah satu contohnya kopi dan teh yang bisa meningkatkan sensitivitas tubuh dalam pengaturan gula darah hormon insulin. Para peneliti menduga bahwa level insulin yang berlebihan bisa berefek pada risiko kanker ginjal.

Selain itu, kopi dan teh mengandung antioksidan yang bisa membantu melindungi sel dalam ginjal dari kerusakan akibat kanker. Dalam studi mereka, para peneliti mengkombinasikan hasil dari 13 studi jangka panjang yang termasuk di dalamnya ada responden 530.469 wanita dan 244.483 pria.

Tiap-tiap studi mengumpulkan informasi dari partisipan tentang diet mereka yang dilakukan mereka selama 7–20 tahun.

Konsumsi kopi dan teh memang terkait berkurangnya risiko kanker ginjal, bahkan para peneliti menghitung beberapa faktor yang membuat masyarakat berisiko atas penyakit ini, misalnya akibat obesitas,merokok,atau tekanan darah tinggi.

"Hasil penelitian kami menemukan bahwa konsumsi kopi dan teh tersebut terkait dengan rendahnya risiko kanker ginjal, sedangkan konsumsi susu, jus, dan soda tidak terkait dengan risiko tersebut," tutur para peneliti.

Mereka menyatakan, studi lebih lanjut dibutuhkan untuk memahami mengapa kopi dan teh membantu melindungi tubuh untuk melawan kanker ginjal. Dalam penelitian lainnya, ternyata meminum teh secara umum dianggap tidak memiliki efek menurunkan risiko kanker ovarium.

Namun, dalam studi di China yang mayoritas penduduknya mengonsumsi teh hijau, Dr Bin Wang dan koleganya mencatat kecenderungan jumlah kasus kanker ovarium yang menurun berkorelasi dengan meningkatnya durasi meminum teh.

Secara tidak langsung, menurut para peneliti, mungkin ada perbedaan penting antara studi yang dilakukan di China dengan Barat, yang kebanyakan penduduknya mengonsumsi teh hitam. Wang yang berasal dari Universitas Medis Nanjing di Jiangsu-China dan koleganya melihat keterkaitan antara meminum teh dengan risiko kanker ovarium.

Berdasar pernyataan para peneliti dalam American Journal of Obstetric and Gynecology,mereka menggunakan pengelompokan bukti dari delapan studi yang dikembangkan di negara-negara Barat dan satu dari studi di China.

Konsumsi teh dalam studi ini bervariasi, antara secangkir sebulan hingga empat cangkir atau lebih per hari.

"Penemuan kami, ternyata mengonsumsi teh hitam tidak mendukung penurunan risiko kanker ovarium," ujar Wang.

Para peneliti menambahkan bahwa teh hitam dan hijau bisa jadi menunjukkan keterkaitan yang berbeda dengan kanker ovarium. Secara parsial, mungkin disebabkan metode produksi berbeda yang digunakan untuk teh hitam dan hijau,yang menghasilkan komposisi kimia berbeda pula. Meski demikian, tandas Wang, berbagai macam faktor lain, yakni lingkungan, genetik, hormon, dan gaya hidup menjadi penyebab munculnya kanker ovarium.

Read More......